KETIKA KAU BISA MERINGANKAN BEBAN ORANG LAIN 


Pagi ini tidak seperti biasanya, Hendra bangun terlambat karena semalam mengerjakan tugas sampai subuh. Dan pagi  ini ia memiliki jadwal kuliah Etika sosial tepatnya akan melaksanakan ujian akhir semester yang akan dimulai pukul 08:00 pagi.  Ia siap dengan tergesa-gesa dan berangkat dari kosnya pukul 07:40, memang jarak kampus dengan kosnya tidak terlalu jauh normalnya kurang lebih 15 menit sudah sampai ke kampusnya. Dengan berjalan kaki dengan cepat dan ia bisa sampai sebelum pukul 08;00 tepat. Dari Kosnya Hendra pastikan agar berjalan dengan cepat dan tidak boleh sampai terlambat apalagi ia akan melaksanakan ujian. Dalam perjalanan dan dengan langkah kaki yang bergerak cepat ia tidak sengaja bertemu seorang nenek yang sudah cukup lanjut usia yang membawa dan memikul barang yang banyak dan terlihat cukup berat di tangannya. Ketika melihat nenek itu mondar-mandir yang terlihat sedang kebingungan sendirian ditempat yang tak ada jalur angkutan, Hendra menghampiri nenek tersebut dan bertanya pada nenek yang terlihat begitu lelah. Nenek itu menjelaskan bahwa ia hendak datang dari kampung kesini untuk melihat anaknya tapi tersesat, Hendra menanyakan alamat anaknya dan diberikan sepotong kertas yang menulis sebuah alamat cukup jelas. Ternyata tujuannnya nenek tidak berada di sekitar wilayah tersebut, harus dengan kendaraan 15 menit lagi untuk sampai tujuan, jika berjalan kaki cukup jauh apalagi nenek sendirian.
Dalam hati ia berpikir apa yang harus dilakukan, membantu nenek tersebut atau segera pergi ke kampus. Jika ia membantu nenek itu pastinya akan terlambat dan terancam tidak bisa mengikuti ujian. Tapi jika ia pergi ke kampus saat itu maka apa yang akan terjadi dengan nenek yang posisinya sendirian dalam kondisi kebingungan ini. Diputuskan untuk membantu nenek, membantu memikul barang-barangnya nenek dan berjalan kaki bersama mengantar nenek di tempat jalur angkutan umum berada atau di tempat pangkalan ojek. Namun belum sampai di jalur angkutan umum ada suara yang memanggil rupanya ada seorang tukang ojek yang menawarkan jasanya. Nenek dan Hendra menghampiri orang yang memanggil tersebut di tempat pangkalan ojek yang rupanya tinggal orang itu sendiri. Hendra menjelaskan tujuan kemana nenek ini pergi dan meminta tolong untuk mengantarnya dengan baik dan sampai tujuannya. Hendra mengeluarkan uang dan membayarnya. Nenek memeluk dan mengucapkan terimakasih kepada Hendra  dan setelah melihat  nenek itu sudah pergi, Hendra cepat berlari ke kampus. 
Setiba di kampus tepatnya di ruangan kelasnya sudah di mulai ujiannya, sebelumnya memang sudah ada perjanjian dalam kelas yang terlambat 15 menit sudah tidak di perkenankan untuk mengikuti kuliah, namun saat itu adalah ujian akhir semester yang tak mau Hendra lewatkan.  Dengan nafas yang tergesa-gesa dan tidak berarturan Hendra memberanikan diri untuk masuk kelas karena ia berpikir ini adalah ujian akhir, ia berpikir untuk mencoba masuk dengan resiko mengikuti ujian dengan waktu yang tersisa atau tidak mengikutinya sama sekali.  Bukan hanya Hendra tetapi ada dua teman lainnya yang terlamabat. Sampai di dalam kelas mereka langsung ditanyakan jam berapa sekarang dan kenapa baru datang sekarang? Dosen meminta yang sedang mengerjakan ujiannya tetap berfokus pada ujian dan tidak usah menghiraukan yang datang terlambat karena semenjak ada yang terlambat fokus mereka dialihkan. Dengan begini kalian mengganggu saja yang lain seru dosen tersebut. Mereka mulai menjelaskan dan Hendra menjelaskan dengan jujur apa yang telah terjadi, dan meminta untuk tetap diperkenankan mengikuti ujian dengan resiko ujian dengan waktu yang tersisa karena ia mengakui kesalahannya datang terlambat. Dosen tersebut mengarahkan mereka untuk mengerjakan ujiannya. Ia langsung mengerjakan dengan serius karena semalam ia juga telah mempersiapkan diri untuk ujian hari ini. Dosen tersebut terus memperhatikan Hendra dan Hendra  tetap berfokus pada ujiannya tanpa memperhatikan yang lainnya. Hendra habis tepat pada waktu normalnya, namun sebelum semuanya keluar dosen mengakhiri kelas terakhirnya dengan mencontohkan kejadian yang di alami Hendra. Kata Dosen “kita harus belajar dari teman kita Hendra, ia tidak mementingkan diri sendiri tetapi kepetingan orang lain yang membutuhkan bantuan diutamakannya, kadang kita terlalu sibuk dengan diri sendiri sehingga tidak peduli dengan sekitarnya, semoga kita menjadi lebih peka dan respon pada apa yang di terjadi di sekitar kita. Belajar etika sosial saat ini tidak hanya teori-teori saja di dalam kelas tetapi itu semua harus di implementasikan ke dalam kehidupan kita sehari-hari". 

SEMOGA BERMANFAAT...

Oleh: Vivi Hawai

Bukan Sastrawan


      AKU DAN GORESAN TULISANKU


Tulislah apa yang ingin kau tulis,J
Ceritakan apa yang ingin kau ceritakan..
Dan bagikan apa yang kau ketahui..
Jika tak mampu untuk diungkapkan dalam nada suara yang bernyawa ..
atau memang tak ingin kau lisankan secara nyata..
Sampaikan saja...
Sampaikan saja perasaanmu atau apapun yang kau alami dalam sebuah bahasa yang kau goreskan dalam tulisan penuh arti .. 
Meski tak bersuara nyata dan tak didengar  namun  tulisan-tulisan itu sejatinya bernyawa bagi setiap pembaca..
Berbagilah ceritamu dalam goresan  tulisan yang ingin kau sampaikan,
Tuangkanlah dan biarlah penikmat itu mencernanya...

Selamat Berkarya. 
Menulislah karena kita ada...
Karena ada yang ingin kita bagikan dalam tulisan-tulisan... 

Menulislah karena tulisanmu takkan pernah hilang. Berbagilah lewat karya tulisanmu..

Selamat menulis,..

TENTANG HIDUP



TENTANG HIDUP


Seperti daun yang perlahan kering kemudian jatuh dan  pergi ...
Aku pun begitu, aku ada, aku hadir dan pada saatnya aku akan pergi…..
Sebelum ada aku, ada juga mereka..
Saat ada aku, perlahan mereka harus meninggalkannku…
Begitupun aku, ketika aku berlalu ada yang datang…
Seperti itulah hidup selalu bergantian….
Meski  tak selamanya seperti itu…
Tapi yang Pasti Semua akan Pergi…
Meski tak pernah tau siapa yang mendahului siapa…
Aku tak mau untuk ditinggalkan karena itu sangat memilukan..
Tapi aku juga akan meninggalkan…
Tak ada gunanya memarahi semua yang semestinya.. 
Tak ada gunanya untuk memprotes....
Semua sudah semestinya….
Dunia yang penuh pembelajaran, sungguh menakjubkan…
Dunia yang memainkan rasa dan logika…
Tentang orang-orang yang mewarnai kisah hidupku, tentang semuanya..
Tentang anugerah yang diberikan pencipta bahwa aku dicintai dan dapat mencintai..
Bersyukurlah..
 Nikmatilah untuk semua yang telah Dia berikan…..
Sampai waktunya Ia memanggil kita untuk kembali……….


Vivi Adriyani Hawai


LUKA ITU PASTI PULIH….CERPEN I


CINTA TAPI BEDA
VIVI ADRIYANI HAWAI

Aku tidak pernah membayangkan bahwa menyayangi seseorang akan sesakit ini, ketika aku berani membuka hati dan berani untuk jatuh cinta ternyata aku juga harus siap untuk merasakan sakit. Aku tak pernah tau dan tak bisa memilih untuk jatuh cinta kepada siapa. Aku baru merasakan ketika aku mngalaminya sendiri. Bagaimana menyukai seseorang dan tak bisa di raih sampai akhir. Itu lebih dari luka… hal yang tak pernah terbayangkan

Aku mengenalnya dari kedua sahabatku Yana dan Ecca. Hal yang tak kuduga sama sekali akan berkenalan dengannya yang ternyata adalah kakak kelasku, perkenalan itu terjadi atas rencana kedua sohibku dan tanpa sepengetahuanku. Kami berkenalan di depan kantin sekolah, saat itu kantin dalam keramaian dan tiba-tiba tanganku diarahkan untuk berjabat tangan dengan kakak kelas itu. Aku mengikuti perintah sahabatku dengan sedikit agak kaku, aku berkenalan dengannya,
“Deva.. ujarnya dengan ramah
“Putri.. lanjutku dengan sopan.
Yana dan Ecca melirik kami dengan ekspresi menggoda. Aku tersenyum namun diam-diam memasang muka judes untuk kedua sahabatku ini, Yana dan Ecca tak peduli dan menertawakanku kembali bahkan membuat lebih menjadi-jadi.
Namanya Kak Deva Put, kelas 12 IPA 1 sekelas dengan Mr,Coolku yang cakep itu loh Put dan Kak Deva ini sebenarnya anak pindahan, jelas Yana dengan rinci penuh semangat meski tak ada yang menanyakan. Aku semakin gemas dengan tingkah Yana seperti wanita penggoda dan genitnya minta ampun ketika membahas Mr.Cool, kakak kelas yang ia kagumi itu.  Ada apa dengan dia heranku di dalam hati. Perkenalan cukup singkat dan puncak keheranan ku berakhir  ketika bel berbunyi bertanda jam istirahat selesai.
Sejujurnya melihat Kak Deva, seperti tak asing lagi bagiku, seperti seseorang yang pernah kulihat, tapi entah dimana. Ujar ku dalam hati
Menurutmu bagaimana Kak Deva Put? Tanya Ecca saat kami sudah berada dalam kelas menanti sang guru masuk.
Untuk kesan pertama dia seseorang yang baik dan ramah, tapi Yan aku rasa aku pernah melihat Kak Deva tapi dimana gitu, aku lupa… seruku
Pernah lihat? Dimana coba? Tanya Yana dengan semangat
Entah dimana gitu..Jawabku singkat dan berusaha mengingatnya kembali..
Dasar pikun masa masih muda aja udah lupa kayak gini, bagaimana kalau udah jadi nenek-nenek ya. Canda Yana sambil tertawa
Waktu di depan lab Komputer itu loh Put, kak Deva keluar melihat kita berdua yang kayak cacing kepanasan melihat MR.Coolku yang berdiri di depan kelasnya itu loh,..cerita Yana dengan  serius
Oiya, benar aku ingat seruku seakan ingatanku pernah hilang dan telah kembali normal..
Eh maaf ya bukan kita yang cacing kepanasan, tapi lo sendiri Yan. Pake acara ngefans sama kakak kelas lagi, dan pake ngerubah nama asli orang lagi.  Pasti lo kasih tau  Kak Deva kalau lo suka sama Kak chiko kan terus pake acara ngerubah nama orang  jadi Mr.Cool? Tanyaku
Iya, aku beritahu Kak Deva biar bantu mencari tau tentang Mr.coolku itu . jawabnya dengan bangga
Oiya karena Kak Deva lihat kita bertiga jalan selalu bersama, bukan hanya di lab Komputer itu saja ,jadi dia minta tolong ke kita berdua untuk memperkenalkannya dengan kamu Put. Jelas Yana sambil senyum.
*****************
Aku kira perkenalan itu perkenalan yang biasa saja seperti yang dilakukan, tapi ternyata tidak sesuai bayanganku. Sahabatku Yana diam-diam ternyata mau mencomblangkan aku dengan Kak Deva. Karena aku telah mengetahui lebih dahulu dan dengan tegas aku menolak untuk  dicomblangkan karena aku yang belum ingin pacaran. Kalau hanya untuk berteman tak menjadi masalah. Saat itu aku tak pernah berpikir namanya pacaran, masih asik untuk berteman dengan siapa saja. Bujuk rayuan mereka terus berlanjut, mereka sendiri capek sendiri dengan jawaban yang sama dariku dan akhirnya memintaku untuk tetap berteman dengan Kak Deva saja walaupun tak mau untuk lebih dari itu. Dan aku mengiyakan jika kami hanya berteman,tak ada salahnya untuk berteman.. ucapku.
**
Ada yang memberikan nomor handphoneku ke kak Deva tanpa sepengetahuanku, orang itu yang akhirnya aku ketahui bahwa ternyata Yana dan Ecca. Sore itu ada pesan dari nomor tak dikenal  , aku menanyakan siapa dan benar ia adalah kak Deva. Aku rasa aku terlalu kejam jika tak membalas SMSnya kak Deva, Ia sangat baik, sopan dan dia adalah kakak kelasku. Aku memutuskan untuk merespon dengan membalas smsnya Kak Deva. Awalnya aku merasa biasa-biasa saja, namun perlahan berbeda yang kualami aku semakin menikmatinya. Aku dan kak Deva mulai berteman, kami banyak membahas banyak hal dan karena dia kakak kelas ku sehingga banyak yang kutanyakan kepadanya. Dan karena dia seorang pemusik banyak yang inginku pelajari juga darinya . Menyenangkan, asik, banyak hal yang kurasakan saat sharing dengan Kak Deva. Awalnya biasa saja namun semua mrnjadi berbeda, kini aku selalu menanti sms darinya dan ingin membahas berbagai hal dengannya.
***
Ketika apel pagi disekolah barisan kelas kami selalu berhadapan dengan barisan Kak Deva XII IPA 1, aku terlihat diam tapi hati dan jantung tak tenang ketika melihatnya datang dari gerbang untuk berbaris, aku tak sadar tersenyum melihat dia datang, tangannya yang memegang gitar, alat musik yang sangat disukainya. Ketika Kak Deva mulai baris kami tidak sengaja saling berpapasan dari jauh, aku dengan cepat sengaja mengalihkan pandangan dilain tempat. Seharusnya biasa aja, kok jadi gugup seru dalam hati sendiri, jadi salah tingkah. Aku menarik nafas dan membuangnya dengan kencang. Tiba-tiba ada pesan masuk dari Kak Deva, aku membacanya dan melihat kearah kak Deva yang ternyata sedang melihatku sambil tersenyum. Oh Tuhan apa ini, jantung berdebar luar biasanya,, Aku tak membalas senyumnya aku pura-pura melihatnya dengan jutek namun dalam hati tersenyum senang. Setelah apel itu tiba-tiba tak kusadari Kak Deva berada dibelakangku. Oh Tuhan tolong seru dalam hati dengan deg-degan. Yana dan Ecca tertawa melihat ekpresi kaget dan aku yang menjadi diam mencoba menenangkan hati, pipi yang memerah. Ketika saling smsan banyak hal yang kami ceritakan, namun ketika tidak sengaja bertemu secara tiba-tiba di sekolah aku hampir kehilangan kata dan ingin berlari bersembunyi.
*****
Berjalannya waktu kami mulai lebih dekat lagi, sudah mulai mengenal lebih jauh. Banyak hal yang kami bicarakan, Tidak hanya mengenai sekolah tapi kami saling menceritakan keluarga kami, apa atau hal apa yang digemari, hal yang tidak disukai, beberapa pengalaman. Dan pernah kami membahas tentang tradisi atau mengenai kepercayaan agama yang kita anut. Aku dan Kak Deva memiliki keyakinan yang berbeda. Terlalu sensitive jika membahas tentang hal ini diantara kami berdua, hingga kami tidak terlalu membahasnya terlalu dalam seakan digantung begitu saja. Beberapa hal Kak Deva sudah mengetahuinya,dan ditanggapinya dengan seperti dirinya yang tak banyak bicara tapi peka dan mengerti. Setelah beberapa bulan kami saling mengenal dan Kak Deva menyatakan perasaanya. Hatiku tak tenang, campur aduk perasaanku, aku hampir tak tau mau apa, aku gugup, jantung berdebar begitu cepat tidak seperti biasanya. Perasaan macam apa yang kurasakan. Aku tak bisa memberikan jawabannya saat itu juga, aku meminta beberapa hari untuk dapat memutuskan hal ini. Aku belum pernah merasakan hal yang segila ini,
Aku merasa nyaman dan ketika rasa itu ada aku hanya melihat di dirinya. Seseorang yang membuat jantung ini berdebar kencang, salah tingkah,dan membuatku menjadi malu-malu. Terus apa lagi yang membuat aku ragu? Ya Perbedaan ini. Tapi bisahkah kalau aku tak menerimanya semua akan seperti biasa saja, apa dia masih bisa tersenyum dan berbagi cerita denganku lagi. Aku bertanya kepada kedua sahabatku, mereka memberikan pendapat untuk ya kalau merasa nyaman jalani aja, masih muda juga kok pikir sampai kearah situ. Aku merasa ragu. Aku tau  mereka hanya pemberi saran dan keputusan itu ditanganku sendiri. Pada hari yang dijanjikan, aku memberikan jawabannya. Ini pertama kalinya aku mengiyakan perasaan seseorang. Ya aku mengiyakan, aku menerimanya dan mencoba tidak memikirkan perbedaan itu.
Aku pernah bilang Kak Deva untuk tidak mempublikasikan ke orang-orang mengenai hubungan yang terjalin,biar orang yang tau sendiri hubungan kami. Namun ternyata berbeda, informasi mulut ke mulut lebih cepat. Perlahan dalam kelaspun teman-temanku mulai mengganggui. Mulai ada yang membaca statusnya yang kak Deva pasang. Aku tak tau apa yang sedang dibicarakan mereka karena aku tak bermain media sosial saat itu..
Dia Menghilang diakhir tahun…. Seru salah satu dari antaranya dengan suara cemprengnya
Cie kucing kali… semua sontak tertawa dalam kelas.
Aku hanya mencoba menahan malu, tapi terus dijahili oleh teman satu kelas. Aku malu dan terus salah tingkah. Ingin memarahi mereka tapi tak bisa menahan tawa melihat ulah mereka.
Kak Deva selalu menghampiri tanpa sepengetahuanku,tiba-tiba sudah berjalan dibelakangku sambil tersenyum.Tiba-tiba datang mengagetkanku, aku hanya bersikap biasa dan santai tapi dalam hati ada bekerja keras. Secara terbuka aku tak pernah bilang kata sayang atau apapun kepada kak Deva. Bagiku itu tidak terlalu penting diucapkan dalam sebuah pernyataan. Bahkan Kak Deva sendiri tak percaya bila aku memanggilnya sayang. Mungkin karena ini pertama kalinya aku pacaran sehingga masih terlalu kaku
***
Beberapa bulan berjalan, kami tidak terlalu mengalami masalah karena masalah yang terbesar sudah ada. Entah apa yang membuatku membahas mengenai perbedaan ini ke kak Deva tapi selalu tidak dijawab serius olehnya dan malahan mengalihkan untuk membahas lain. Aku terus memaksa untuk membahasnya. Aku memikirkan tentang kedepannya, mungkin ada yang bilang aneh ketika melihat anak sepertiku pikirannya sudah jauh.  Aku tidak tau tapi dalam diam pasti dia juga memikirkannya.
Didalam kelas seorang guru agama membicarakan tentang pasangan yang seimbang seperti menampar hatiku dengan keras. Ia terus menjelaskan dan semua itu rasa-rasa benar kena dihatiku dan itu rasa benar-benar seakan tertujuh padaku.Oh Tuhan, Ya memang aku terlalu egois bila terus mempertahankannya. Aku sudah tau salah tapi mengikuti keinginan diri sendiri keluhku di dalam hati. Disisi lain terlalu takut melepaskannya. Aku berpikir semalaman atas keputusan yang akan ku ambil ini. Aku menceritakan ke Yanna dan Ecca, mereka berdua heran dengan keputusanku. Menurut mereka aku terlalu berlebihan apalagi masih juga SMA tapi kepikiran sudah jauh belum juga kalian akan menikah, jalani saja masih muda juga kok.Pendapat mereka kompak, tapi pendapat aku berbeda. Itu hak mereka berpendapat tapi akulah yang akan mengambil keputusan untuk diriku sendiri.
Hari senin itu menjadi saksi, aku terlalu takut untuk berhadapan dengan Kak Deva untuk meminta mengakhiri hubungan ini. Aku tak mau sampai menangis di depannya, aku tak bisa membanyangkan hal itu terjadi. Aku memutuskan hubungan dengan mengirim pesan ke Kak Deva. Saat itu aku yang melihatnya duduk dengan temannya, lalu turun dari tangga dengan cepatnya. Dia menelpon tapi tak ku angkat, aku melihat dia dari jauh. Aku bersembunyi keluar dari sekolah melalui pintu samping, aku meihatnya masih di depan sekolah. Aku tidak tega melihatnya. Aku merasa sedih melihat Kak Deva, membuat orang yang aku sukai tersakiti. Tapi bukan saja dia yang tersakiti aku juga,tapi bagaimana lagi aku harus tegas mengambil keputusan. Dia mencoba untuk aku dapat merubah keputusanku,kami saling berdebat karena kak Deva tidak mau menerimannya. Aku tidak tau mengapa aku harus menangis melihatnya seperti ini .Aku meminta untuk walaupun tidak sama-sama lagi,kita memulai dengan baik berakhir juga baik-baik.meski awal kita mulai saling menghindar.
Dia yang meminta ku untuk tetap bertahan,dia yang meminta untuk jangan melepaskan. Tapi aku sendiri pada akhirnya yang memutuskan untuk melepaskan, aku yang mundur menyerah lebih dulu untuk hubungan ini. Genggaman yang pernah ada aku sendiri yang melepaskan.
Untuk apa Mempertahankan sesuatu yang pada akhirnya tak bisa ku genggam. jika terus mempertahankanya rasa ini semakin dalam dan lebih sulit untuk ku dilepaskan.
 Setelah hari dimana hubungan kami berakhir, aku tahu Kak Deva akan pergi keluar kota untuk melanjutkan pendidikannya, mungkin dengan begini semua akan lebih mudah untuk saling melupakan .Diam-diam kami akan saling melupakan. Beberapa hari sebelum keberangkatan kak Deva, Ia menghubungiku agar aku jangan pulang terlebih dulu dari sekolah dan memintaku menunggunya sebentar saja. Akupun entah kenapa mengiyakan saja dan menunggunya. Meski cukup lama dia belum kunjung datang, aku tetap menunggu meski sendirian. Aku tak tau kalau hari itu adalah hari terakhir bertemu dengannya sebelum keberangkatannya melanjutkan studinya, kami pergi sebuah tempat makan  dipinggir jalan. Kami mengobrol seolah tidak ada masalah sebelumnya. Kamipun saling tersenyum, hal yang sudah lama dirindukan. Walaupun kami tak bisa bersama setidaknya hari-hari kami sebelumnya sudah saling banyak belajar, tak menjadi pasangan tapi bisa membangun relasi yang baik meski semua tak seperti dulu. Mendoakan yang terbaik untuk semua, tak perlu ada dendam. Mendukung masa depan yang sedang menanti. Meski masih sulit untuk merubah rasa yang pernah ada seperti sediakala belum mengenalnya.
Bagiku melupakannya membutuhkan waktu, aku tidak tau kapan tapi waktu yang dapat memulihkan semuanya. Mungkin orang bilang dengan mencintai lagi akan merubah keadaan. Tapi bagiku meski aku muda aku tak semudah itu untuk mencintai seseorang lagi hanya untuk melupakannya. Mencintai untuk menjadi pasangan kita tidak semudah itu. Aku hanya menjalaninnya, lihat saja nanti, ketika semua sudah tepat aku harap Tuhan mengijinkanku untuk mencintai sekali lagi dengan orang yang tepat.
Memang semua tidak akan baik-baik ketika kita harus melepaskan seseorang yang disayangi. Tapi percayalah entah itu kapan semua akan baik-baik saja, sebelum ada dia semua baik-baik saja dan sekarang tanpa dia aku ataupun kamu juga pasti akan baik-baik saja. Dan ketika kamu percaya dan yakini suatu saat entah kapan kamu sendiri atau seseorang yang akan hadir untuk  menyembuhkan luka itu namun sebelum orang itu, kau sendirilah harus berani untuk bangkit kembali dan belajar dari keberadaanmu  sebelumnya.
 Luka itu pasti akan pulih….





RUMAH KITA




Merawat Rumah Kita “Indonesia”

Vivi Adriyani Hawai

Lupakah kita, bahwa kita tinggal disatu rumah yang sama ? 
Negeri ini, tanah yang kita pinjak ini adalah rumah kita, Negara kita,” Negara Indonesia”, dan kitalah para penghuni yang mendiaminya,”Bangsa Indonesia”. Para penghuni yang seharusnya tidak hanya tinggal, namun merawat, melindungi rumah yang di tinggalnya agar tidak rusak dan hilang dimakan zaman.

Lupakah kalau kita berbeda? Lalu apa yang sekarang kita cari? Selalu mencari kesaman dalam perbedaan yang kita miliki? Kita tau kita berbeda tapi janganlah membuat pembedaan lagi diantara kita. Ataukah masih berpikir budayamu lebih baik dibandingkan budaya lain, sesubjektif itukah ??

Ingatkah semboyan kita “ Bhineka Tunggal Ika”? Ataukah bagimu itu hanya sebuah simbol atau lambang saja yang tertata di bawah kaki burung garuda itu? Tidak hanya sekedar lambang tapi semuanya memiliki arti. Mari kita maknai dan implementasikan itu.

Berhentilah menjadi penjajah bagi negerimu sendiri! Berhentilah mendiskriminasi saudaramu sendiri di satu rumah yang sama. Hargailah keberagaman yang kita miliki dan ciptakan persatuan.
Jadilah pemberi solusi bukan pemberi bara api panas, membuat masalah menjadi besar dan terpecah.

Jadilah bangsa yang tak hanya berpenghuni, yang meninggalkan rumahnya tak terawat. Namun, pedulilah, jaga ia agar tak hilang dimakan manusia–manusia tak berperikemanusiaan. Kita harus bersama-sama bersatu…
Bagaimana kita bisa berjalan sendirian? Bukankah kita akan kuat jika bersama .

Bisakah kita berjalan bersama?Bisakah kita merawat rumah ini bersama-sama? Saling mengasihi sebagai penghuni rumah yang sama.. Jagalah… rawatlah..  seperti menjaga jati dirimu ..


Semoga bermanfaat bagi pembaca .....

DARI AKU UNTUK KAMU SANG PENGHUNI



DARI AKU UNTUK KAMU SANG PENGHUNI

VIVI ADRIYANI HAWAI

Sebelum itu perlu dijelaskan bahwa  “aku” disini dimaksudkan sebagai bumi serta semua yang ada di dalamnya terkecuali manusia, sedangkan “kamu” dimaksudkan sebagai manusia.

Heii para penghuni (manusia), perkenalkan nama aku Bumi. Kamu sudah tau aku? Iya aku adalah rumahmu, tempat tinggal kamu. Apakah kamu tau kalau saat ini aku sedang tidak baik-baik saja? Ataukah kamu tau tapi kamu tidak peduli dengan keadaanku? Kau tinggal di dalamku bisakah kamu peduli denganku? Paling tidak kau merawatku, kalau tidak bisa merawatku tolong jangan sakiti aku dengan perlakuanmu padaku. Kamu tinggal didalamku tapi kamu tidak merasa kalau aku adalah bagian dalammu. Saat ini aku sedang sakit karena perlakuanmu. Aku sedih bahkan marah dengan perlakuanmu itu tapi kamu tak memahaminya.
Jujur saja kamu adalah penghuni istimewaku tapi kamu malah meyakitiku. Aku telah terluka tapi jangan sampai aku semakin terluka lagi dan kamupun juga akan merasa lebih terluka. Ini bukan ancaman untukmu tapi ini kenyataannya karena semakin aku terluka aku tidak mampu lagi menjadi tempat tinggalmu yang mampu melindungimu, lalu siapa lagi yang akan menjadi rumahmu. Kemana kamu akan pergi? Semakin aku terluka kamu akan lebih terluka, jadi tolong mengertilah.
Manfaatkan aku dengan bijak tapi jangan sampai mengurasku tiada henti dengan penuh keserakahan. Aku tak pernah memarahimu untuk memanfaatkan semua yang ada padaku karena aku tau kamu membutuhkan itu, tapi pahamilah aku juga butuh kamu untuk merawatku agar aku atau kamu bahkan generasimu tidak kenapa-kenapa.
Kamu tau saat kamu mengeluhkan berbagai hal tentangku, kau merasa panas, kau merasa menghirup sesuatu hal yang tidak baik untuk tubuhmu dan berbagai macam keluhan itu. Semua keluhan itu juga karena kelakuanmu. Bantulah aku untuk tidak merusakku karena ini untukmu sendiri. Ini untuk kebaikan bersama, kamulah yang mampu merawatku supaya aku tetap mampu bersamamu. Jangan hanya kau nikmati semua yang ada padaku tapi rawatlah. Ketika aku dirawat olehmu tentu aku sebagai rumahmu akan bahagia karena aku dihargai olehmu dan kau juga sebaliknya.

MANUSIA-MANUSIA PENGHUNI BUMI



TERUNTUK MANUSIA-MANUSIA PENGHUNI BUMI

Bumi adalah rumah kita, tempat tinggal kita dan sejatinya sahabat kita. Untuk itu para penghuni yang terhormat yang berakal budiman pahamilah akan hal ini. Mari bersama menjaga bumi ini,lindungilah tempat tinggal yang kita huni ini. Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan  sekarang, kapan lagi? Jangan hanya  kita menikmati semua yang ada pada dirinya, tapi mari sama-sama merawatnya  untuk kelangsungan hidup kita bersama. Jika saja alam bisa bercerita lewat kata-kata , bercerita tentang perasaanya saat ini mungkin dia sudah kehabisan kata untuk melukiskan bagaimana manusia memperlakukannya. Untuk itu perlu kita sadari kita sebagai manusia seharusnya tidak hanya berpenghuni tapi menjaga apa yang telah diberikan. Jangan sampai ia lebih tersakiti karena kita.


Mulai dari langkah kecil menuju sebuah perubahan… Mari merawatnya..



Vivi Adriyani 


KETIKA KAU BISA MERINGANKAN BEBAN ORANG LAIN  Pagi ini tidak seperti biasanya, Hendra bangun terlambat karena semalam mengerjakan tu...